Sabtu, 19 November 2011

Kematian Sel yang Terprogram dalam Tinjauan Alquran dan Ilmiah


Kematian sel selalu ada di dalam setiap insan. Penyakit yang menyebabkan kematian juga merupakan bentuk program dan informasi yang ada dalam sel. Ia bertanggung jawab atas kematian sel-sel itu. Dengan kata lain, kita sebetulnya bisa mengganti dan memperbaiki program ini saat ia tidak dipakai, atau memberinya celah apa pun. Ini bisa dilakukan saat memberi pengaruh pada sel dengan inforamsi lain yang mampu berinteraksi dengan program ini. Selanjutnya dengan izin Allah, kesembuhan pun akan diperoleh.
Setelah melakukan penelitian yang panjang dan melelahkan, para ahli berhasil mengungkap bahwa program kematian sel diciptakan oleh sel itu sendiri.
Seandainya program ini tidak ada, kehidupan di dunia ini tidak akan terus berlangsung. Para ahli juga menegaskan bahwa program khusus untuk kehidupan sel itu penting. Program khusus untuk kematian sel jauh lebih penting lagi. Mengapa? Karena, proses kematian yang mengorganisasikan sel yang bergerak sesuai program ini sangat rumit.
Proses inilah yang memungkinkan tubuh bisa melepaskan diri dari sel-sel yang mengalami kerusakan apa pun, di samping memungkinkan tubuh membuang sel-sel yang berlebih dan tidak penting.
Oleh karena itu, program kematian dan program kehidupan bekerja sama secara bersamaan dalam tubuh manusia dan benda hidup lainnya.
Hebatnya kematian sel yang diprogram, memainkan peranan penting dalam sistem kekebalan tubuh. Andai saja tidak ada program kematian sel, tentu tubuh tidak mampu melawan penyakit. Bahkan, program ini menguasai proses perlindungan tubuh saat terkena peradangan yang bermacam-macam, sehingga tubuh bisa melepaskan sel-sel kosong, juga sel-sel yang jika masih hidup, akan mengantarkan kematian manusia.
Ia juga bertugas untuk menggerakan sel-sel yang bertanggung jawab untuk melawan virus dan bakteri berbahaya. Jadi, program ini tidak kalah penting dari program yang telah dipersiapkan Allah pada sel dan sesuatu yang bertanggung jawab untuk kehidupan sel itu.
Kita mungkin bisa menyimpulkan dari penemuan ilmiah ini bahwa kematian itu sama-sama makhluk seperti juga kehidupan.
Bila kematian tidak ada, maka kehidupan pun juga tidak ada. Kematian tampaknya justru yang menjadi asalnya.
Oleh karenanya, kita menemukan pembicaraan seputar hal ini di dalam Alquran pada firman Allah SWT sebagai berikut:
Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun,” (QS Al-Mulk [67]:2)
Pada ayat ini, kita mendapati bagaimana Tuhan membicarakan kematian sebelum kehidupan. Dia menginformasikan kepada kita bahwa kematian juga makhluk seperti kehidupan.
Ayat ini turun pada masa ketika tidak seorang pun yang tahu sedikit pun ihwal hakikat kematian yang terprogram. Oleh karena itu, ayat ini mencerminkan keunggulan ilmiah pada Ilmu Kedokteran.
Kita bisa menyimpulkan fakta medis yang bisa kita lihat bahwa proses kematian sel yang diikuti proses kematian merupakan proses yang sistematis, terhitung, dan terukur.
Kematian itu datang membabi buta, seperti dugaan orang jahiliah sebelum Islam. Padahal, ada proses sangat luar biasa di sini, yang sangat mirip dengan program komputer.
Bahkan, para ahli memastikan bahwa program khusus untuk kematian sel, yang selanjutnya terkait kematian manusia, ada pada setiap sel tubuh. Ia dimulai pada sperma yang menjadi bahan dasar manusia.
Program kematian dimulai bersamaan dengan sel pertama yang menjadi bahan dasar manusia. Program itu mendampingi manusia hingga ia menemui ajalnya dengan sistem luar biasa yang tidak ada cela sama sekali. Oleh karenanya, Allah SWT berfirman sebagai berikut:
Terangkanlah kepadaku tentang sperma yang kamu pancarkan. Kamukah yang menciptakannya, atau Kamikah yang menciptakannya? Kami telah menentukan kematian di antara kamu dan kami sekali-kali tidak akan dapat dikalahkan,” (QS Al-Waqi’ah [56]: 58-60).
Ada juga kemukjizatan pada ayat ini. Allah SWT membicarakan penciptaan manusia dari sperma. Ia menyebutnya sesuai aslinya, lalu menyebutnya bahwa Allah-lah yang menciptakan sperma itu. Allah juga yang menetapkan kematian di dalamnya. Maha Suci Allah Yang Maha Agung. Dengan segala kelebihan ini, aneh bila masih ada orang yang mengingkari Alquran dan menganggapnya sebagai buku dongeng belaka.
Para ahli juga memastikan bahwa tidak ada seorang pun yang bisa selamat dari kematian, karena kematian memang diciptakan bagi setiap orang. Ia disertakan pada setiap sel tubuh manusia.
Orang Arab sebelum Islam menduga bahwa mereka melarikan diri dari kematian. Alquran justru menegaskan pada mereka bahwa setiap manusia akan mati. Hanya Allah yang akan tersisa nanti. Allah SWT berfirman sebagai berikut:
Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati,” (QS Ali Imran [3]: 185).
Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh,” (QS An-Nisa [4]: 78).
Katakanlah, ‘Sesungguhnya kematian yang kamu lari dari padanya, maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan,” (QS Al-Jum’ah [62]: 8).
Alquran telah memastikan bahwa kita tidak bisa lari dari kematian, karena ia telah ada di dalam diri kita. Fakta ini ditunjukan oleh Alquran di banyak ayat ketika tidak ada satu pun orang yang bisa memastikan bahwa kematian merupakan takdir semua makhluk.
Di masa modern ini memang ada banyak usaha untuk memperpanjang umur. Namun, semuanya gagal. Ini setelah ditemukan bahwa sel akan mati, karena kematian di dalamnya.
Inilah yang diinformasikan Rasulullah Saw berikut: “Wahai para hamba Allah, bertobatlah, karena Allah selalu memberikan obat untuk semua penyakit kecuali ketuaan,” (HR Ahmad). Pertanyaannya, siapa yang menginformasikan Rasulullah Saw bahwa ketuaan itu tidak ada obatnya? Jawabannya, Allah. Dia-lah yang menciptakan kematian dan kehidupan. Dia yang menurunkan Alquran dan menyimpankan fakta-fakta itu di dalamnya, agar menjadi sarana bertambahnya keimanan dan keyakinan kita.

Sumber:
Hisham Thalbah. 2008. Ensiklopedia Mukjizat Alquran dan Hadis. Bekasi: Sapta Sentosa

Tidak ada komentar:

Posting Komentar